alert("WELCOME TO elfa Fajri's BLOG");

Senin, 20 Juni 2011

Penentuan Kadar Glukosa Dalam Urin dan Penentuan Keasaman Urin Dengan Cara Titrasi

PRAKTIKUM BIOKOMIA

I.                   JUDUL
Penentuan Kadar Glukosa Dalam Urin dan Penentuan Keasaman Urin Dengan Cara Tritasi
II.                TUJUAN
Menetukan kadar glukosa dalam urin
Menentukan Keasaman Urin dengan cara titrasi
III.             DASAR TEORI
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Stuktur nefron.
Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses tersebut di atas. Unit anatomi yang melakukan fungsi ini adalah nefron. Tiap-tiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron.
Darah dihantarkan dari aorta melalui arteri renalis dan cabang-cabang arteria renalis ke arterioli afferen. Arteriole efferen segera membagi lagi menjadi kapiler kedua yang mengelilingi bagian lainnya dari nefron. Jumbai glomerulus terletak dalam kapsula Bowman, suatu kantung epitel berdinding rangkap yang merupakan bagian dari sistem tubulus paling proksimal. Kapsula Bowman langsung berubah menjadi tubulus kontortus proksimalis dan dari sini menjadi komponen-komponen berikutnya: tubulus rektus proksimalis dan lengkung Henle sendiri, terdiri dari pars descendens, pars decendens yang tipis, dan pars decendens yang tebal. Yang terakhir terletak dalam medulla dan korteks ginjal. Pars ascendens yang tebal dari lengkung Henle berubah menjadi tubulus kontortus distalis, tubulus kolligens kortikal, dan tubulus kolligens medulla dan papila. Tiap-tiap bagian sistem tubular ini mempunyai fungsiyang spesifik.

Filtrasi
Langkah pertama pembentukan urin adalah filtrasi plasma darah. Volume darah yang besai, kira-kira 1 liter/menit (atau 25% dari seluruh curah jantung waktu istirahat), mengalir melalui ginjal. Jadi, dalam 4-5 menit volume darah yang sama besarnya dengan volume darah total nielewati sirkulasi ginjal. Ini dirnungkinkan oleh sistem sirkulasi yang sangat luas dalam organ ini. Dengan pernyataan yang sama, ginjal khususnya gampang rusak oleh penyakit vaskuler yang merata.
Pembentukan filtrat glomerulus adalah prose yang terutama diatur oleh jumlah aljabar dari selisih tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik trans kapiler. Kemungkinan terakhir telah memungkinkan pengukuran secara langsung kekuatan-kekuatan hidrostatikyang dipersoalkan. Di bawah pengaturan keadaan hidropenik, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus rata-rata 45 mmHg atau kira-kira 40% dari tekanan aorta rata-rata. Tekanan hidrostatik tubulus rata-rata 10 mmHg jadi terdapat tekanan hidrostatik sebesar 35 mmHg yang tampaknya tidak berubah sepanjang seluruh kapiler. Tekanan onkotik dalam kapiler naik dari sekitar 20 mmHg pada permulaan menjadi 35 mml Ig pada ujung glomelurus. Jadi keuntungan tekanan filtrasi ~ 15 mmHg timbul pada permulaan kapiler dan berkurang sewaktu darah mengalir melalui glomelurus.
Pengaturan filtrasi dianggap mempunyai hubungan dengan aliran plasma karena ia mempengaruhi cara meningkatnya tekanan onkotik glomerulus. Selain itu, dipikirkan bahwa modifikasi luas permukaan untuk filtrasi dapat terjadi oleh bertambahnya atau berkurangnya jumlah kapileryang dilalui oleh aliran darah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi adalah obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus, kenaikan tekanan interstitial seperti yang dapat disebabkan oleh suatu proses peradangan, dan kenaikan resistensi untuk mengalir dalam sistem tubulus seperti oleh obstruksi tubulus kolligens, ureter, atau uretra. Membranglomerulus juga dapat dirusak oleh penyakit sehingga tidak dapat berfungsi sebagai saringan untuk darah. Akhirnya kapiler dapat tersumbat seluruhnya dan karena itu tidak terpakai dalam sirkulasi aktif. Selama berlangsungnya penyakit seperti ini, sel-sel darah dan proteinplasma akan merembes melalui kapiler yang rusak dan akan diekskresi ke dalam urine.
Laju filtrasi glomerulus
Pada orang dewasa normal, 1 liter darah difiltrasi tiap menit oleh kerja sama 2 juta n'efron kedua ginjal, dan 120 ml/menit filtrat glomerulus dibentuk pada kapsul bowman. Laju filtrasi glomerulus pada orang dewasa oleh karena itu adalah sekilar 120 ml/menit. Secara kimia, filtrat glomerulus pada hakekatnya adalah cairan ekstra selyang bebas protein atau filtrat seluruh darah yang bebas protein dan sel.
Kerja tubulus
Susunan urine sangat berbeda dari filtrat glomerulus. Juga terdapat perbedaan yang sangat besar antara volume cairan yang dibentuk pada glomerulus tiap menit dan jumlah yang sampai di papila dalam waktu yang sama. Glomeruli berperan hanya sebagai saringan; susunan filtrat glomerulus karena itu ditentukan semata-mata oleh permeabilitas membran kapiler terhadap zat-zat dari darah. Sebagai akibat, filtrat glomerulus mengandung banyak zat yang penting untuk metabolisme normal, seperti air, glukosa, asam amino, dan elektrolit, serta zat-zat yang hams diekskresi dan diulang seperti urea, kreatinin dan asam urat. Lagi pula, dalam berbagai keadaan, lebih banyak atau lebih sedikit jumlah zat-zat esensial ditahan sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan ketetapan dalam likunganinternal. Fungsi ginjal yang sangat selektif ini adalah tugas tubulus. Dengan absorbsi kembali dan sekresi, tubulus mengubah filtrat glomerulus dan dengan demikian menghasilkan urine.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darahKristal kapur dsb)
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.
a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.













IV.             ALAT DAN BAHAN
a.      Alat
No
Nama Alat
Gambar
Jumlah
1
Pipet tetes
2 buah
2
Erlenmeyer
1 buah
3
Rak Tabung reaksi
4 buah
4
Gelas beker
1 buah
5
Gelas ukur
1 buah
6
Penjepit kayu
1 buah
7
Penangas air
1 buah
8
Kompor listrik
1 buah
9
Indikator universal
secukupnya
10
Pengaduk kaca
1 buah
11
Tabung reaksi
1 buah

  1. Bahan
No
Nama Bahan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Urin
Indikator PP
NaOH 0,1 M
Benedict
Na2CO3.10H2O
Glukosa 0,5 %
5 ml
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya









V.                DATA PENGAMATAN
NO
CARA KERJA
PENGAMATAN
1.
Penentuan Kadar Glukosa Dalam Urin
*        10 ml benedict + 6 gr Na2CO3.10H2O dipanaskan
*        Menambahkan glukosa 0,5 %
                mengendap putih abu-abu dan larutan tak berwarna
*        Mengulangi cara kerja diatas dengan mengganti glukosa dengan urin



*        Glukosa = larutan biru
Mengendap membutuhkan 5 tetes dipanaskan menjadi abu-abu dengan 130 tetes
*        Urin = larutan biru
mengendap membutuhkan 5 tetes diapnaskan menjadi abu-abu dengan 100 tetes

2.
Penentuan Keasaman Urin dengan Titrasi
*        1 ml urin indikator PP di titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai pink
*        Mengukur
*   Warna
*   Volume urin
*   pH
*   bau
*   kejernihan



*        kekuningan jernih
                       i.  40 tetes
                     ii.  43 tetes
                   iii.  41 tetes
*        Volume = 21 ml
*        Wana = kuning muda putih
*        pH  = 7
*        bau  = tidak menyegat
*        kejernihan  = jernih


VI.             ANALISA DATA
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin dan menentukan keasaman urin dengan titrasi. Dalam percobaan yang pertama yaitu pennetuan kadar glukosa dalam urin larutan yang digunakan adalah glukosa 0,5 % dan urin sebagai zat yang dititrasi. Dari kedua larutan dibandingkan penitrasian kemudian menghitung kadar glukosa yang ada dalam urin.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memanaskan campuran benedict dan Na2CO3.10H2O serta ditambah batu didih untuk mempercepat pemanasan. Warna yang semula biru muda berubah menjadi biru tua. Kemudian dititrasi dengan glukosa 0,5% dalam penangas air dan proses titrasi glukosa dihentikan jika larutan menjadi keruh dan percobaan dilakukan 2 kali, pada percobaan larutan glukosa 0,5% yang dibutuhkan 130 tetes
Selanjutnya mengganti larutan glukosa 0,5% diganti dengan urin dan setelah dititrasi volume urinnya sebanyak 100 tetes.
Dari volume yang diperoleh maka dapat dicari kadar glukosa dalam urin tersebut/ yang digunakan percobaan kedua.
V.urin = 100 tetes = 5 ml
V.glukosa = 130 tetes = 5,15 ml
Rumus kadar glukosa dalam urin
% glukosa = X kadar glukosa ( 0,5% )
                 =  
                 =  0,485 %
Jadi kadar glukosa dalam urin adalah 0,485 % yang berarti keadaan glukosa dalam urin tidak banyak yaitu 0,485 %. Sehingga penkonsumsi gula dalam darah tubuh sudah cukup.


Glukosa merupakan monosakarida yang punya rumus struktur dibawah ini :
Penderita militus memiliki kadar glukosa melebihi ukuran glukosa dalam urin dan bisa diketahui dengan tes darah dirumah sakit. Untuk menanggulanginya dengan mengatur pola makan dan menerapkan pola hidup sehat.
Untuk percobaan yang kedua adalah menentukan keasaman urin dengan metode titrasi. Langkah pertama adalah 1 ml urin ditetesi dengan indikator PP. Indikator PP ini berfungsi sebagai pemberi suasana basa, selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1N sampai warna berubah menjadi pink dan diperoleh 40 tetes NaOH (1) dan 43 tetes NaOH (2) dan 41 tetes NaOH (3).
V rata-rata =  =
n NaOH = M X V
               = 0,1 X 2,067
              =  0,2067
M urin =  = 0,2066 M º[ H+]
[ H+] = 0,2066 M
          = 20,66 x 10-2M
pH     =  2- log 20,66
          = 2- 1,315
          = 0,6848 sangat asam
pH urin yang diamati sangat asam

VII.           KESIMPULAN
1.      Kadar glukosa dalam urin 0,485 %
Maka urin tersebut tergolong berkadar glukosa rendah
Mencari kadarnya :
% glukosa = X kadar glukosa ( 0,5% )
        =  
        =  0,485 %
2.      Rumus struktur glukosa :

3.      Kadar glukosa dapat ditentukan dengan perbandingan jumlah glukosa dan jumlah urin yang digunakan untuk merubah warna larutan menjadi keruh dan terdapat endapan abu-abu.

4.      Kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan diabetes militus

5.      pH urin pada percobaan adalah 0,6848 dan sangat asam

6.      Dalam percobaan titrasi urin + NaOH 0,1M didapat larutan NaOH sebanyak :
i.   40 tetes
ii.  43 tetes
iii. 41 tetes


VIII.       DAFTAR PUSTAKA
·         Poedjati , Anna.1994 .Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :UI press
·         Sri Retno D.A.2010.Biokimia I.Surakarta:UNS Press
·         Tim Dosen.2011.Petunjuk Praktikum Biokimia.Surakarta:UNS press
·         Subroto ganda.1989.Petunjuk Laboratorium Klinik.Jakarta.Jakarta: PT Dian
·         Wirahadi Kusumah.1997.Biokimia.Bandung:ITB Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar