alert("WELCOME TO elfa Fajri's BLOG");

Minggu, 27 November 2011

Review Jurnal : “Profil Pencemaran Udara Kawasan Perkotaan Yogyakarta: Studi Kasus di Kawasan Malioboro, Kridosono, dan UGM Yogyakarta”

A.      LATAR BELAKANG
Gubernur DI.Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, tingkat pencemaran udara di wilayah Jateng dan Yogyakarta makin tinggi, kalau boleh dikatakan sudah memasuki nilai ambang batas, sehingga semua pihak diminta waspada dan berhati-hati. Sehubungaan dengan itu, perlu diambil langkah-langkah untuk menghindari kemungkinan hujan asam yang efeknya merugikan manusia. Secara umum,meski dari hasil penelitian belum dapat disimpulkan ada tren naik atau menurun dalam hal gas polutan yang dilepas ke udara, mengingat dari hasil pemantauan beberapa parameter menunjukkan angka fluktuatif, sesungguhnya harus diakui kualitas udara menurun. Bahkan beberapa pakar berpendapat, kualitas udara Yogyakarta sudah memasuki nilai ambang batas dan perlu diwaspadai. Karena itu perlu segera diambil langkah-langkah guna menghindari kemungkinan terjadi hujan asam. Sekarang di jalan raya makin banyak para pengendara sepeda motor yang mengenakan masker meskipun seadanya. Sebab, mereka menyadari bahwa tingkat pencemaran udara makin tinggi (Sri Sultan HB X, 2002).
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini lebih difokuskan pada profil fisikokimiawi pencemaran udara dan konservasi ruang terbuka hijau (RTH) menuju eco-garden city yang nyaman, ramah lingkungan dan berkelanjutanmelalui karakterisasi tanaman hutan kota (THK) yang berfungsi sebagai bioreductor pencemaran udara yang lebih difokuskan pada pencemar logamberat timbal/timah hitam(Pb). Karakterisasi berbagai jenis tanaman yang banyak ditanam di kawasan tumbuh cepat perkotaan Yogyakarta dengan beragam fungsinya yang kemudian disebut tanaman hutan kota (THK). Data yang dihasilkan dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk formulasi tata ruang eco-garden city yang nyaman, ramah lingkungan dan sustainable di kawasan tumbuh cepat perkotaan Yogyakarta sekaligus sebagai output penelitian ini secara holistic.

B.       METODE
1.      Alat
·         HVAS
·         Termometer
·         RH-meter
·         Anemo meter
·         Midget impinge
·         Colorimeter
·         Gravimetri
·         AAS
2.      Bahan
Sampel udara sebanyak 9 sampel yang diambil di setiap titik sampel yang berjumlah 3 titik, yaitu di kawasan Malioboro, Kridosono dan UGM.
3.      Langkah Kerja
Metode penelitiannya menggunakan desain penelitian lapangan dan laboratorium dengan pendekatan eksperimen (true experimental research). Dalam penelitian ini dibatasi pada 3 titik sampling yang diharapkan dapat mewakili populasi secara kewilayahan, yakni kawasan tumbuh cepat perkotaan Yogyakarta. Dalam 3 titik sampel tersebut diuji parameter fisik dan kimianya yang terkait dalam pencemaran udara di lokasi sampling tersebut. Tiga titik sampling tersebut terdiri dari kawasan Malioboro tepatnya di depan gedung DPRD yang mewakili pusat kota, kawasan Kridosono yang mewakili pemukiman kota, dan kawasan UGM tepatnya di jalur perempatan MM yang mewakili kampus kota. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai parameter kimia yang diteliti adalah kadar Pb di udara, dalam daun tanaman, dan dalam air cucian (leaching) daun tanaman sampel.








C.      DATA
Kondisi fisikokimia yang berhasil diuji dan dianalisis secara langsung di 3 titik sampling.
Tabel 1.
Kondisi fisikokimia di titik sampling 1 (kawasan Malioboro)
No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Hasil Pengujian
Alat / Metode

Fisika :




1.
Suhu udara
oC
-
36
Thermometer
2.
Kelembaban udara
%
-
42
RH-meter
3.
Kecepatan angin
m/s
-
0,8
Anemo meter
4.
Keadaan cuaca
-
-
Cerah
Visual

Kimia :




1.
Timbal (Pb)
µg/m3
60
68,24
HVAS, Destruksi, AAS
2.
Sulfur dioksida (SO2)
mg/L
0,3
1,168
Midget impinge, Calorimeter
3.
Nitrogen dioksida (NO2)
mg/L
0,2
0,81
Midget impinge, Calorimeter
4.
Partikulat (debu)
µg/m3
230
0,296
HVAS, Gravimetri
Sumber : data primer tanggal 14 Maret 2007

Tabel 2
Kondisi fisikokimia di titik sampling 2 (kawasan Kridosono)
No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Hasil Pengujian
Alat / Metode

Fisika :




1.
Suhu udara
oC
-
28
Thermometer
2.
Kelembaban udara
%
-
49
RH-meter
3.
Kecepatan angin
m/s
-
1,3
Anemo meter
4.
Keadaan cuaca
-
-
Cerah
Visual

Kimia :




1.
Timbal (Pb)
µg/m3
60
46,97
HVAS, Destruksi, AAS
2.
Sulfur dioksida (SO2)
mg/L
0,3
1,006
Midget impinge, Calorimeter
3.
Nitrogen dioksida (NO2)
mg/L
0,2
0,16
Midget impinge, Calorimeter
4.
Partikulat (debu)
µg/m3
230
0,215
HVAS, Gravimetri
Sumber : data primer tanggal 14 Maret 2007

Tabel 3.
Kondisi fisikokimia di titik sampling 3 (kawasan UGM)
No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Hasil Pengujian
Alat / Metode

Fisika :




1.
Suhu udara
oC
-
35
Thermometer
2.
Kelembaban udara
%
-
51,5
RH-meter
3.
Kecepatan angin
m/s
-
1,7
Anemo meter
4.
Keadaan cuaca
-
-
Cerah
Visual

Kimia :




1.
Timbal (Pb)
µg/m3
60
46,75
HVAS, Destruksi, AAS
2.
Sulfur dioksida (SO2)
mg/L
0,3
1,112
Midget impinge, Calorimeter
3.
Nitrogen dioksida (NO2)
mg/L
0,2
0,1
Midget impinge, Calorimeter
4.
Partikulat (debu)
µg/m3
230
0,216
HVAS, Gravimetri
Sumber : data primer tanggal 14 Maret 2007

D.      PEMBAHASAN
Pada tabel 1 tersebut bahwa secara kimia, parameter logam berat Pb di udara menunjukkan angka yang lebih besar dibanding baku mutunya. Adapun parameter kimia lainnya seperti SO2 dan NO2 juga menunjukkan angka yang jauh lebih besar dibanding baku mutunya. Parameter suhu udara sangat tinggi yakni 36oC padahal suhu kamar untuk daerah tropis seperti Indonesia umumnya berkisar 27oC, jadi peningkatan panasnya adalah 9oC. Peningkatan suhu ruang yang besar menyebabkan penurunan kadar air di udara sehingga kelembaban udaranya menjadi rendah yakni 42 %.
Pada tabel 2 tersebut bahwa secara kimia, parameter logam berat Pb di udara  menunjukkan angka yang lebih kecil dibanding baku mutunya. Adapun parameter kimia lainnya seperti SO2 juga menunjukkan angka yang jauh lebih besar dibanding baku mutunya, sedangkan parameter NO2 menunjukkan angka yang relatif kecil dibanding baku mutunya. Secara fisik, parameter suhu udara relatif sama dengan suhu kamar, hanya selisih 1oC yakni 28oC padahal suhu kamar untuk daerah tropis seperti Indonesia umumnya berkisar 27oC, jadi peningkatan panasnya adalah 1oC. Suhu ruang yang relatif sama dengan suhu kamar menyebabkan peningkatan kadar air di udara sehingga kelembaban udaranya menjadi tinggi yakni 49 %.
Pada tabel 3 tersebut bahwa secara kimia, parameter logam berat Pb di udara menunjukkan angka yang lebih kecil dibanding baku mutunya. Adapun parameter kimia lainnya seperti SO2 juga menunjukkan angka yang jauh lebih besar dibanding baku mutunya, sedangkan parameter NO2 menunjukkan angka yang relatif kecil dibanding baku mutunya. Secara fisik, parameter suhu udara sangat tinggi yakni 35oC padahal suhu kamar untuk daerah tropis seperti Indonesia umumnya berkisar 27oC, jadi peningkatan panasnya adalah 8oC. Peningkatan suhu ruang yang besar ternyata menyebabkan kenaikan kadar air di udara sehingga kelembaban udaranya menjadi sangat tinggi yakni 51,5 %.
Fakta tersebut bertentangan dengan fakta pada lokasi sampel I (kawasanMalioboro), setelah dianalisis lebih lanjut ternyata yang menyebabkan peningkatan kelembaban udara di lokasi sampel III (kawasan UGM) adalah adanya air selokan Mataram yang melimpah di dekat lokasi sampling sehingga kadar air di udara menjadi lebih besar.

E.       KESIMPULAN
Berdasarkan uraian analisis dan pembahasan di atas maka secara berurutan dapat disimpulkan bahwa tingkat pencemaran udara yang ditinjau dari aspek fisikokimiawi adalah kawasan Malioboro kemudian kawasan Kridosono dan terakhir kawasan UGM. Secara fisikokimiawi parameter cemaran udaranya sudah melebihi ambang batas/baku mutunya khususnya di kawasan Malioboro. Adapun tingkat pencemaran udara di kawasan Kridosono lebih rendah dibanding kawasan Malioboro, dan tingkat pencemaran di kawasan UGM relatif sama dengan kawasan Kridosono kecuali aspek fisiknya yang relatif berbeda. Langkah strategis yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan menciptakan sabuk hijau di jalur-jalur transportasi padat, khususnya jenis pohon/tumbuhan tertentu yang memiliki kemampuan untuk menyerap cemaran udara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar