Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh naungan paranet terhadap karakter fisiologi tanaman talas. Penelitian ini terdiri atas dua faktor yaitu naungan dan klon dengan menggunakan Rancangan Petak Terpisah. Naungan sebagai petak utama terdiri atas naungan paranet 0%, 25%, 50%, dan 75%, sedangkan klon sebagai anak petak terdiri atas 20 klon talas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang mekanisme adaptasi tanaman talas terhadap intensitas cahaya rendah.
Pengamatan dilakukan terhadap luas daun, kandungan klorofil a dan b, nitrogen daun, pati umbi, dan bobot kering umbi pada saat panen (umur 28 minggu setelah tanam).
Hasil analisis menunjukkan bahwa naungan paranet berpengaruh nyata terhadap penurunan bobot kering umbi. Pada penelitian ini keragaman tertinggi penurunan hasil relatif bobot kering umbi ialah naungan 25%, tetapi bila memperhatikan jumlah klon talas toleran pada naungan 25% diperoleh 16 klon yang lebih banyak dibandingkan naungan 50% (9 klon toleran) dan 7 klon toleran pada naungan 75%. Dengan pertimbangan perolehan klon toleran pada ke tiga tingkat naungan tersebut, maka pada penelitian ini dipilih naungan 50% untuk menyaring talas toleran. Naungan 50% dipilih karena dapat menyeleksi lebih baik dibandingkan naungan 25% dan 75%.
Pada naungan 50% karakter luas daun, kadar klorofil a dan b meningkat lebih tinggi pada klon toleran dibandingkan dengan klon peka. Karakter rasio klorofil a/b, kadar nitrogen daun, kadar pati umbi, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi menurun lebih banyak pada klon peka dibandingkan dengan klon toleran. Peningkatan kandungan klorofil a dan b menyebabkan kemampuan dalam menangkap energi radiasi cahaya klon toleran lebih efisien dibandingkan dengan klon peka, sehingga fotosintesis klon toleran lebih tinggi dibandingkan dengan klon peka. Peningkatan kadar klorofil b yang lebih tinggi dibandingkan klorofil a pada klon peka, merupakan upaya tanaman untuk meningkatkan antenna dalam penangkapan energi cahaya untuk fotosintesis.
Pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan hara yang diserap dari dalam tanah, termasuk unsur nitrogen. Penurunan kadar nitrogen daun klon peka lebih besar dibandingkan dengan klon toleran. Klon toleran dalam menggunakan nitrogen kemungkinan difokuskan pada sintesis klorofil a dan b, sehingga kadar klorofil a dan b meningkat lebih banyak pada klon toleran dibandingkan dengan klon peka. Penurunan kadar nitrogen tanaman berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik sehingga menurunkan fotosintat (pati) yang terbentuk, selanjutnya akan menurunkan bobot basah umbi dan bobot kering umbi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Peningkatan luas daun, kadar klorofil a, dan kadar klorofil b klon toleran lebih tinggi dibandingkan klon peka. Penurunan rasio klorofil a/b, bobot basah umbi, bobot kering umbi, kadar pati umbi, kadar nitrogen daun klon peka lebih tinggi dibandingkan klon toleran.
2. Pada naungan paranet naungan 50% dapat dipisahkan 9 klon toleran dan 11 klon peka.
3. Naungan 50 % digunakan dapat digunakan untuk seleksi karena didasarkan atas perolehan klon toleran yang lebih baik dibanding naungan 25% dan 75%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar